A. Pendahuluan
India merupakan salah satu Negara yang
terletak di kawasan Asia Selatan yang kaya akan khazanah budaya dan
keanekaragaman penduduk. Di kawasa India
ini banyak sekali suku yang hidup di India. Pada umumnya setiap suku ini
mempunyai keberagaman dan keaneka ragaman agama, adat istiadat, dan
budaya.Semua itu merupakan khazanah budaya yang merupakan cirri dari suatu
daerah.
Jika kita membahas tentang sejarah
India, mungkin bisa kita katakana dengan kita membahas tentang sejarah Asia
Selatan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh banyak hal yang mungkin
tidak ada di daerah lain. bisa dikatakan mempunyai ciri yang membedakan antara
daerah ini dengan daerah yang lain.daerah India merupakan daerah bersumber dan
berkembangnya agama-agama besar di dunia. Agama-agama yang besar banyak yang
lahir dari daerah tersebut.Agama besar tersebut diantaranya adalah agama Hindu
dan Budha.India merupakan suatu daerah yang sangat luas dengan luas wilayah
nomor tujuh terbesar di dunia dan mempunyai jumlah penduduk yang mendapat
peringkat nomor dua di dunia.
Diantara bangsa yang menguasai India
yang paling besar adalah bangsa Arya dan bangsa Dravida.Kedua bangsa inilah
yang paling dominan menguasai India.Kedua bangsa ini awalnya mempunyai
kekuasaan yang berbeda di India.Bansa Aria semula menguasai India bagian utara.
Sedangkan bangsa Dravida awalnya merupakan pelarian dari daerah Indus berada di
Dekhan (India Selatan). Batas yang memisahkan kedua daerah tersebut adalah Sungai
Narbada, pegunungan Vindhya, sungai Mahanadi, bahkan antara Dekhan dan daerah
Sind terdapat padang pasir Tahl dan Thar.
Campuran dari kedua bangsa yakni bangsa
Arya dan Dravida menurunkan beberapa suku bangsa lain yang juga sampai sekarang
masih mengisi India. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwasanya penduduk
asli India bukan hanya bangsa Arya ataupun Dravida saja. Akan tetapi, banyak
bangsa lain yang menetap di India. Sehingga jika kita lihat dan kita cermati,
yang ada di India bukan hanya bangsa Arya dan Dravida saja, akan tetapi ada
juga bangsa lain yang sampai sekarang keberadaannya masih ada sampai sekarang.
Pusat
peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan
Pegunungan Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa
Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan
menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun
200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya. Bangsa Arya adalah bangsa
peternak dengan kehidupan yang terus mengembara. Setelah berhasil mengalahkan
bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya
mereka hidup menetap.Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan
terus mengembangkan kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa
Arya dengan bangsa Dravida dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu.
Bangsa Aria
berusaha untuk tidak bercampur dengan bangsa Dravida yang merupakan penduduk
asli India. Mereka menyebut bangsa Dravida adalah anasah artinya tidak
berhidung atau berhidung pesek dan dasa artinya raksasa. Untuk memelihara
kemurnian keturunannya, diadakan sistem pelapisan (kasta) yang
dikatakannyabersumber pada ajaran agama. Bangsa Aria berhasil mengambil alih
kekuasaan politik, sosial dan ekonomi. Akan tetapi, dalam kebudayaan terjadi
percampuran (asimilasi) antara Aria dan Dravida.
Percampuran
budaya itu melahirkan kebudayaan Weda. Kebudayaan inilah yang melahirkan agama
dan kebudayaan Hindu atau Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah
Sungai Gangga yang kemudian disebut
Aryawarta (negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah milik
orang Hindu). Untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah kehidupan masyarakat,
bangsa Arya berusaha menjaga kemurnian ras. Artinya, mereka melarang perkawinan
campur dengan bangsa Dravida. Untuk itulah, bangsa Arya menciptakan sistem
kasta dalam kemasyarakatan. Sistem kasta didasarkan pada kedudukan, hak dan
kewajiban seseorang dalam masyarakat.
Pembagian
golongan atau tingkatan dalam masyarakat Hindu terdiri dari empat kasta atau
caturwarna, yakni : Brahmana (pendeta), bertugas dalam kehidupan keagamaan;
Ksatria (raja, bangsawan dan prajurit), berkewajiban menjalankan pemerintahan
termasuk mempertahankan negara, Waisya (pedagang, petani, dan peternak), dan
Sudra (pekerja-pekerja kasar dan budak). Kasta Brahmana, Kastria, Waisya
terdiri dari orang-orang Aria. Kasta Sudraterdiri dari orang-orang Dravida.
Selain keempat kasta di atas, ada lagi kastaParia/Candala atau Panchama.
Panchama yang berarti “kaum terbuang”. Kasta ini dipandang hina, karena
melakukan pekerjaan kotor, orang jahat dan tidak boleh disentuh, lebih-lebih
bagi kaum Brahmana.
Hindu dibawa oleh pendatang bangsa Arya
(Bharata) abad XV SM. dengan kitab suci Weda, kemudian Brahmana, Uphanisad,
kemudian Bharatayuda, Ramayana.Budha oleh Sidharta Gautamaabad VI SM. dengan
kitab suci Tripitaka, tidak mengenal kasta (caturwarna) seperti Hindhu.Agama
Hindhu mempunyai beberapa tingkatan kasta yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya,
Sudra, dan tidak berkasta yaitu Paria.Hal ini didasarkan atas anggapan
keturunan, kelahiran, atau warna kulit.Selain terdapat dua agama besar tersebut
juga terdapat kelompok aliran Jina, Sikh dan berbagai aliran atau sekte Hindu
atau Budha lainnya (Soepratignyo:1994/1995:21).
Hubungan dari kedua agama besar yakni
agama Hindu dan Budha berdasarkan atas kitab-kitab Weda, Uphanisad, diajarkan
oleh pendeta dari kalangan Brahmana.Akan tetapi pada perkembangannya di
kemudian hari mendapat pengaruh dari anasir-anasir yang berbahasa Dravida dan
yang berbahasa Naisadha, yang kemudian lazim disebut agama Hindu.Karena agama
baru ini member hak-hak istimewa pada para Brahmana, yakni orang yang mempunyai
kasta tertinggi. Sehingga menjadikan dari golongan lain merasa tidak puas
dengan ajaran dari pendeta Brahmana, maka kemudaian timbullah ajaran baru yang
disebut dengan ajaran Budha Gautama. Pada ajaran baru ini tidak mengenal sistem
kasta.Kemudian ada pula ajaran agama yang disebut dengan ajaran agama Jaina.
Agama Hindu
sudah menggantikan Brahmanismus dai di India orang sudah mengenal ribuan dewa
dan dewi (bahkan sekalian jin, hantu, yakhsa, yakhsini, kim urusha, naga dan
lain-lain turut dijumlahkan, maka Rawlinson mengira-ngirakan semua ada 30 juta
baiknya)(Sari, A. 1994: 91).
Agama Budha sendiri tidak mempunyai
kasta dalam masyarakat. Mereka menganggap manusia itu sama derajatnya. Tidak
membedakan antara yang kaya dengan yangn miskin. Di Agama Hindhu mengenal kasta
dengan membandingkan derajat seseorang.Bahkan adayang menyebutkan bahwasanya
jika kita berbeda kasta maka kita tidak boleh bersatu. Contohnya kasta Ksatria
tidak boleh menikah dengan Kasta Sudra. Karena didesak oleh kedua agama baru
terdebut, maka agama Hindhu mulai agak berkurang pengaruhnya pada abad 6 SM.
karena hal tersebut, maka pendeta Brahmana tidak tinggal diam saja.Akan tetapi,
berusaha mengembalikan ajaran yang didasarkan pada kitab Weda. Karena ajarannya
susah dimengerti, maka orang-orang yang beragama Hindhu memasukkan dewa-dewa
asli India untuk menarik kembali agar masyarakat India kembali memeluk agama
Hindhu.
Namun, hal ini tidak menjadikan salah
satu dari agama tersebut berkurang pengikutnya.Kedua agama tersebut tetap
menjadi agama yang dianut oleh banyak masyarakat.Bahkan eksistensinya masih
bisa kita lihat sampai sekrang.Yakni perkembangan Agama Budha dan Hindu tidak
hanya berkembang di India saja.Akan tetapi berkembang di seluruh
dunia.Agama-agama tersebut sampai sekarang pengikutnya semakin banyak.Bahkan
adaya pengkastaan tidak menjadi penghalang bagi agama tersebut untuk berkembang
menjadi semakin besar.Hal tersebut bisa kita lihat di daerah Bali.Meskipun
agama Budha mengenal system kasta dalam masyarakat tetapi pemeluk agama Hindu
di Bali sangatlah banyak.
B. PEMBAHASAN
1. KERAJAAN
GUPTA
Lembah Sungai Gangga terletak antara
Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna.Sungai itu bermata air di
Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi, Agra,
Allahabad, Patna, Benares, melalui wilayah Bangladesh dan beruaram di teluk
Benggala.Sungai Gangga bertemu dengan sungai Kwen Lun.Dengan keadaan alam
seperti ini tidak heran bila Lembah Sungai Gangga sangat subur.
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga
adalah bangsa Aria yang termasuk bangsa Indo German.Mereka datang dari daerah
Kaukasus dan menyebar ke arah timur.Bangsa Aria memasuki wilayah India antara
tahun 2000-1500 SM, melalui celah Kaiber di pegunungan Himalaya.Mereka adalah
bangsa peternak dengan kehidupannya terus mengembara.Tetapi setelah berhasil
mengalahkan bangsa Dravisa di Lembah Sungai Shindu dan menguasai daerah yang
subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan hidup menetap.Selanjutnya mereka
menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
Pada dasarnya peradaban dan kehidupan
bangsa Hindu telah tercantum dalam kitab suci Weda (Weda berarti pengetahuan),
juga dalam kitab Brahmana dari Upanisad.Ketiga kitab itu menjadi dasar
kehidupan orang-orang Hindu. Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil
pemikiran para pendeta (Resi).Pemikiran-pemikiran para pendeta (Resi) itu
dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
·
Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
·
Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja
dewa-dewa.
·
Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.
·
Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.
Pada umumnya sejarah politik di India
dimulai dengan dibicarakannya keadaan Kerajaan Magadha yang banyak orang
dikatakan sebagai kerajaan tertua di India. Hal itu didasarkan dengan
penelitian yang dilakukan oleh orang-orang ditemukan bahwasanya kerajaan ini
berdiri pada abad ke 6. Namun, ahir-ahir ini banyak para sejarawan India yang
mencoba mencari kebenaran tentang fakta yang ditemukan sebelumnya. Yang
ditemukan adalah sejarah politik dapat dimulai dari sejarah raja Parikist yang
naik tahta menjadi seorang raja setelah terjadinya perang antara keluarga
Pandawa dan Kurawa. Mereka berpendapat bahwa apa yang diceritakan dalam kitab
tersebut bukan hanya cerita belaka. Akan tetapi merupakan cerita sejarah yang
kebenarannya dapat dibuktikan.
Kemaharajaan
Gupta dikuasai oleh anggota dinasti Gupta dari tahun 320 hingga 550 Masehi dan
wilayah kekuasaannya terdiri dari hampir seluruh India utara. Era Kemaharajaan
Gupta dianggap sebagai Masa Keemasan India dalam ilmu pengetahuan, matematika,
astronomi, agama dan filsafat. Kedamaian yang ada selama kekuasaan kemaharajaan
Gupta membuat pengejaran ilmu pengetahuan dan artistik. Sejarawan menaruh
dinasti Gupta bersama dengan Dinasti Han, Dinasti Tang dan Kekaisaran Romawi
sebagai model peradaban klasik.
Chandraghupta adalah pendiri dinasti
guptha.Konon dia adalah seorang petualang dari kalangan masyarakat golongan
rendah namun berhasil mengawini seorang putri raja bernama Kumala Devi berasal
dari suku Lacchavi yang termashyur di vaisali yang pernah berkuasa di India
utara namun tenggelam oleh munculnya dinasti maurya. Chandragupta menetapkan
pataliputra sebagai ibu kota, tempat pusat pemerintahan. Tanggal 26 februari
320 M kemudian di tetapkan sebagai awal masa pemerintahannya sebagai raja yang
di tandai dengan di keluarkannya mata uang baru.Tahun itu pula yang kemudian di
anggap sebagai awal tarikh gupta.Chandragupta meninggal pada tahun 330M dan di
gantikan oleh putranya Samudragupta.
Beberapa waktu
sejak runtuhnya kerajaan Kushana ,India Utara bagaikan lenyap dari muka bumi.
Hinga awal abad ke IV wilayah India Utara terjadi kekacauan karena tidak ada
yang mengontrol, kekacauan terjadi dimana-mana. Kerajaan Gupta didirikan oleh
Chandragupta yang asal usulnya tidak diketahui dengan jelas. Konon ia adalah
petualang dari kalangan masyarakat rendah, namun berhasil mengawini seorang
petri raja yang bernama Kumala Devi yang berasal dari suku Licchavi yang
termashur di Vaisali (Abu Su’ud, 1988 : 199).
Kekuasaan
raja-raja kanva disebabkan serangan dari luar, terutama dari arah barat, diantaranya
adalah srangan bangsa Caka, dan pertikaian antara agama Budha dan Hindu. Pada
masa ini, awalnya tidak ada yang berani menggambarkan Budha, awlnya mereka
hanya berani menggambarkan budha dengan perumpamaan yakni diantaranya adalah
pohon Bodhy, payung dan segala sesuatu yang dianggap dapat mengayomi.
Kekuasaan
keluarga Raja-raja Gupta (320-455). Raja-raja dari kerajaan Gupta semuanya
mempergunakan nama yang berakiran Gupta. Dibawah kekuasaan raja-raja Gupta
tanah india mengalami jaman keemasan, baik dalam bidang politik dan kebudayaan.
Terutama seni arca dan seni lukis di jaman Gupta itu sangat maju. Kekuasaan
keluarga raja-raja Gupta itu juga merupakan jaman kejayaan agama Hindu karena
dengan bantuan Raja-raja gupta yang beragama Hindu dan akhirnya dapat mendesak
agama Budha (Sutjipto, 1957:65).
2. RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH
2.1 Samudragupta (335-376 M)
Untuk melanjutkan ambisi ayahnya,
Samudragupta menitik beratkan rencana kegiatan kenegaraannya yang terkenal
dengan divigjaya atau penaklukan atas 4 penjuru angin yang bukan hanya 4
kawasan di sekeliling kerajaan gupta namun juga berarti 4 golongan musuh yang
harus di hadapi dan harus di taklukkan.
Pertama kali adalah raja-raja yang
berhasil di bunuh pada ekspedisi penaklukan dan daerahnya di satukan dengan
kerajaan gupta, kedua adalah raja yang di taklukkan tapi daerahnya di
kembalikan denagn status yang baru dan raja harus membayar upeti, ketiga adalah
raja yang ada di perbatasan dan melarikan diri harus membayar pajak
perlindungan, dan yang ke empat adalah raja yang berada jauh namun mengakui
kebesaran kerajaan gupta dengan jalan mengirim duta. Yang termasuk dalam
kategori pertama adah raja-raja Hindustan yang berhasil di kalahkan oleh
Samudragupta. Yang termasuk kategori ke2 adalah yang di sebut “raja –raja
rimba” di wilayah selatan seperti Orissa yang terletak di antara sungai
Mahnadi.Katagori ‘raja-raja perbatasan dan raja-raja jauh’ adalah raja-raja
dari Kamaruppa, Samatata, serta berbagai suku bangsa Sakha, kushada, malwa,
Gujarat dan Punjabi.Kekuasaan kerajaan gupta juga di rasakan sampai ke
srilangka.
Karna keperkasaannya Samudragupta juga
di beri gelar Sarvarajaccheta atau pembasmi semua raja. Beliau adalah raja
seorang yang cerdas dan toleran meskipun ia seorang brahmana ortodoks. Beliau
juga mendapat julukan ‘raja penyair’ atau ‘kaviraja’ karna ia seorang penyair
juga pemusik. Masa raja samudragupta di anggap sebagai puncak dari kerajan
gupta karena kekuasaanya telah mencakup seluruh India utara.
Kita beruntung
mendapatkan informasi mengenai Samudra gupta yang menggantikan ayahnya. Karena
dalam sebuah berita tentang penaklukan dalam bahasa Sanskreta menggantikan
bahasa Pali, yang berisi tentang undang-undang tentang kasih sayang. Samudra
Gupta menitik beratkan rencana kegiatan kenegaraannya yang terkenal dengan
sebutan empat penjuru angin, yang merupakan ambisi dari seorang raja muda.
Yang dimaksud
dengan Empat Penjuru Mata Angin, tidak sama dengan kawasan di sekeliling
kerajaan Gupta, namun juga berarti empat ketegori musuh yang harus dihadapi,
dan harus ditaklukkan. Pertama kali ialah raja-raja yang berhasil dibunuh dalam
ekspedisi penaklukan, kemudian daerahnya disatukan dengan kerajaan Gupta. Yang
kedua ialah raja-raja yang dikalahkan, namun daerahnya dikembalikan dan raja
berstatus baru yaitu raja yang harus membayar upeti.
Kategori
ketiga berlaku bagi raja-raja di daerah perbatasan dan melrikan diri, yang
harus membayar pajak perlindungan. Dan yang keempat adalah raja-raja jauh yang
mengakui kekuasaan raja Gupta dengan jalan mengirimkan duta. Mereka yang
termasuk ke daam kategori pertama ialah raja-raja Hindustan ketika kekuasaan
Kushana mulai mundur dan bangkit kembali, namun berhasil ditaklukkan kembali
oleh Samudragupta. Dengan program kerja seperti itu, maka Samudragupta berhasil
mempersatukan seluruh kawasan di India Utara sampai ke selatan di sungai
Narbada, ke barat ke batas sungai Yamuna dan sungai Chambal.(Abu Su’ud.1988:112)
2.2 Chandragupta II vikramaditya (376-415M)
Ketika Samudragupta meninggal dunia, putranyalah
yang menggantikannya tindakan pertamanya sebagai raja adalah memindahkan
ibukota ke Ayodhya sebuah kota terpenting di kosala atau sekarang di sebut
Oudh. Dari sanalah raja memulai penyerangan-penyerangannya mula-mula adalah
satrap saka dari ujain (kota perdagangan ramai, tempat perjumpaan lalu lintas
perdagangan dari pantai barat dan lain-lain menuju daerah Sind serta di dataran
gangga.
Masa Chandragupta II merupakan masa yang
paling makmur bagi dinasti Guptasehingga pantas juga bila Chandragupta mendapat
julukan sebagai permata utama bagi kerajaan gupta.Menurut Fa Hien atau Fa Hsien
(pengembara asal tiongkok) kerajaan gupta merupakan kerajaan makmur dan damai
dan raja selalu berbicara dengan lemah lembut dan menggembirakan tentag
keadilan dan kemuraha hati.Bahkan bagi mereka yang sudah terbukti melakukan
komplot untuk memberontak terhadap Negara sekalipun, hanya di ancam hukuman
potong tangan kanan.
Sementara itu di dalam masyarakat
nampaknya masih terdapat perbedaan kelas miasalnya kaum paria tidak boleh hidup
di dalam kota. Selanjutnya Fa Hien mengatakan bahwa etika budis maupun jaisme
mulai meresap ke dalam sanubari masyarakat India. Sementara itu ajaran
brahmanaisme perlahan mulai di gantikan denagn hinduisme dan ini merupakan
cirri utama masa gupta.
Tindakan
pertama yang dilakukan sebagai raja ialah memindahkan ibukota ke Ayodya, sebuah
kota terpenting di daerah kosala atau Oudh sekarang. Barangkali pemindahan
ibukota itu dimaksudkan untuk mendapatkan semangat Hinduisme kembali bagi
pemerintahanya. Karena Ayodya sangat erat dengan legenda Ramayang bersifat
Vaisnava. Dan Pataliputra pada masa Maurya menjadi pusat pemerintahan Budhistis
(Abu Su’ud, 1988:202).
Menurut Fa
Hien, kerajaan Gupta merupakan negara yang makmur dan damai. Di ibukota lama, Pataliputra,
setiap bulan diselenggarakan arak-arakan kereta kuda. Pada waktu itu,
patung-patung Budha juga diarak dan diiringi dengan musik serta diasapi dengan
dupa kemenyan wangi serta bau semerbak bunga-bungaan. Dengan perayaan itu,
penderita sakit dan kemalangan akan mendapat keringanan.
Diceritakan
pula oleh Fa Hien, betapa raja selalu berbicara dengan lemah lembut dan
menggembirakan, tentang keadilan serta keurahan hati. Sementara itu, penduduk
dinilai memperoleh kebahagiaan. Kebiasaan rakyat juga sangat baik. Konon mereka
tidak meminum minuman keras, juga tidak membunuh binatang untuk dimakan kcuali
orang-orang Chandala dan Paria.(Abu Su’ud.2006:115-116)
Bukti fisik
yang menunjukkan bahwa kemakmuran berjalan sejajar dengan keunggulan kesenian.
Para arsitek membangun candi-candi yang indahdan para pematung, memahat wujud
sang Budha dewa-dewa hindu, orang-orang suci dari agama India lain Jain Dharma.
Para penulis mengubah drama-drama panggung hebatdalam bahasa Sanskreta yang
masih dimainkan sampai sekarang. Kalidasa yang kemudian besardipekerjakan di
Istana Chandragupta disebut Shakespeare India.
(hal 50-51)
2.3 Keruntuhan Kerajaan Gupta
Masa-masa setelah kematian candragupta
II merupakan lembaran suram bagi kerajaan gupta. Ketika Chandragupta meninggal
pada 415 M tahta kerajaan gupta di duduki oleh anaknya yaitu Kamaragupta dia
memerintah Negara hingga 455 M yang selanjutnya di gantikan oleh purtanya
Skandagupta. Gupta yang terakhir ini berkesempatan mengabdikan diri bagi negrinya
selama masa antara 455-467 M, yang selanjutnya di gantikan oleh paragupta yang
betul-betul merupakan gupta terakhir.
Sekali lagi suku-suku dari bangsa asia
tengah bergerak ke selatan mereka adalah suku bangsa Huna Putih atau Ephtalit
untuk sementara waktu pasukan skandagupta berhasil menahan serangan itu, dan
dia membangun sebuah candi untuk wisnu untuk mengenang peristiwa kemenangan
itu. Namun Paragupta yang menggantikan Skandagupta tak mampu menandingi
kekuatan musuh ketika pasukan Huna Putih sekali lagi menyerang maka perpecahan
pun segera muncul di ambang pintu bekas kerajaan gupta yang jaya itu.
The last great
king of the Gupta was Skanda Gupta was ascended the throne about 455 A.D. Even
during the later years of Kumar Gupta's reign, the empire was attacked by a
tribe called Pushyamitra but it was repulsed, And immediately after the
accession of Skanda Gupta, Hunas made inroads, but they too were repelled.
However, fresh
waves of Invaders arrived and shattered the fabric of the Gupta Empire. Although
in the beginning the Gupta king Skanda Gupta tried effectively to stem the
march of the Hunas into India, his successors proved to be weak and could not
cope with the Huna invaders, who excelled in horsemanship and who possibly used
stirrups made of metal, Although the Huna power was soon overthrown by
Yasodharman of Malwa, the Malwa prince successfully challenged the authority of
the Guptas and set up Pillars of victory commorating his conquest (AD 532) of
almost the whole of northern India. Indeed Yasodharman's rule was short lived,
but he dealt a severe blow to the Gupta empire
artinya:
(Raja besar
terakhir dari Gupta Skanda Gupta naik takhta sekitar 455 M. Bahkan selama
tahun-tahun terakhir pemerintahan Kumar Gupta, kekaisaran diserang oleh suku yang
disebut Pushyamitra tapi itu jijik, Dan segera setelah aksesi dari Skanda
Gupta, Hunas membuat terobosan, tetapi mereka juga ditolak.
Namun,
gelombang segar penyerbu datang dan menghancurkan kain Kekaisaran Gupta.
Meskipun pada awalnya para raja Gupta Skanda Gupta mencoba secara efektif untuk
membendung barisan dari Hunas ke India, penggantinya terbukti lemah dan tidak
bisa mengatasi dengan penyerbu Huna, yang unggul dalam menunggang kuda dan yang
mungkin digunakan sanggurdi terbuat dari logam, Meskipun kekuatan Huna segera
digulingkan oleh Yasodharman dari Malwa, pangeran Malwa berhasil menantang
otoritas Guptas dan mendirikan Pilar kemenangan commorating penaklukan (AD 532)
dari hampir seluruh India utara. Memang aturan Yasodharman adalah pendek tinggal,
tapi dia merupakan pukulan berat terhadap kekaisaran Gupta).
Setelah
meninggalnya Candragupta II, kerajaan Gupta mulai mundur. Bahkan berbagai suku
bangsa dari Asia Tengah melancarkan serangan terhadap kerjaan Gupta. Maka
hampir dua abad, India mengalami masa kegelapan dan baru pada abad ke-7 M
tampil seorang raja kuat yang bernama Harshawardana.Ibu kota Kerajaan Harsa
adalah Kanay. Pujangga yang terkenal di masa kekuasaan Harshawardana bernama
pujangga Bana dengan buku karangannya berjudul Harshacarita.
Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad
ke-11 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang berkuasa. India mengalami
masa kegelapan.Bentuk Kebudayaan Lembah Sungai Gangga.
Kebudayaan
Lembah Sungai Gangga merupakan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan
kebudayaan bangsa Dravida. Kebudayaan ini lebih dikenal dengan kebudayaan
Hindu. Daerah-daerah yang diduduki oleh bangsa Indo-Aryasering disebut dengan
Arya Varta (Negeri Bangsa Arya) atau Hindustan (tanah milik bangsa Hindu). Bangsa
Dravida mengungsi ke daerah selatan, kebudayaannya kemudian dikenal dengan nama
kebudayaan Dravida.
Keruntuhan
keluarga raja-raja Gupta. Keluarga raja-raja itu ialah yang terahir yang
berkuasa di magadha. Sesudah Chandragupta II meninggal. Kamara Gupta naik
tahta, India diserbu oleh bangsa Hina Putih. Kira-kira pada tahun 480 dibawah
pemerintahan raja Skandagupta negeri Magadha menjadi terpecah belah. Raja
Baladitya yang menguasai sebagian dari runtuhan kerajaan itu, pada tahun 528
memimpin segenap raja-raja India dan dapat mengalahkan Mihiragula. Keadaan
negeri Magadha senakin menyedihkan karena tidak ada seorang pemimpin pun yang
dapat mempersatukan India yang sudah pecah menjadi negeri-negeri kecil yang tak
terhitug jumlahnya. Baru pada tahun kurang lebih 600 tanah India dipersatuka
lagi, akan tetapi bukan magadha sebagai pusatnya, akan tetapi, di tepi sumgai
gangga, lebih ke hulu letaknya dari pada Magadha dan Kanyakubnya sebagai
pusatnya (Sucipto.1957:69).
Pemerintahan
Skandagupta menandai awal dari penurunan Kekaisaran Gupta. Terlepas dari
keberhasilan militer menyapu melawan Pushyamitras dan Hun, strain perang
konstan habis sumber daya alam tersebut. Mata uang yang dihancurkan dan
kurangnya berbagai koin selama Skandagupta bersaksi mengalir keuangan bendahara
kerajaan dari Guptas. Kematian Skandagupta dan pemerintahan singkat Puru Gupta
mempercepat kecepatan penurunan. Para penguasa terakhir tidak bisa menahan
administrasi Kekaisaran Gupta luas. Buddha Gupta penguasa besar terakhir yang
mencoba untuk menghentikan proses penurunan untuk kadang-kadang, tapi terus di
atas bagian barat dari Kekaisaran Gupta sangat lemah.
Para
feudatories dari Kathiawar dan Bundelkhand wilayah berasumsi status
semi-independen selama pemerintahannya. Para Maitrakas dari Valabhi menjadi
penguasa keturunan dan membentangkan bendera kemerdekaan mereka. Gubernur
provinsi lain dari Bundelkhand, Uchchakalpa dll juga menyatakan kemerdekaan
mereka, menentang kekuasaan Buddha Gupta. Di Jaipur, di Uttar Pradesh dan di
lembah Narmada, para gubernur lokal menjadi berdaulat de-facto.
Brahmadatta,
gubernur Pundravardhana di North Bengal telah diasumsikan judul tinggi
terdengar dari `Uparika Maharaja` dan dengan demikian menyatakan
kemerdekaannya. Semua faktor ini menyebabkan penurunan otoritas Gupta di
provinsi-provinsi terpencil selama pemerintahan Buddhagupta. Invasi Vakataka di
Malwa mengurangi kewenangan Buddhagupta di wilayah itu juga. Akibatnya,
kekuatan disintegrasi ditetapkan dalam Kekaisaran Gupta dan itu ditambah
setelah kematian Buddhagupta.
Pemerintahan
Skandagupta menandai awal dari penurunan Kekaisaran Gupta. Terlepas dari
keberhasilan militer menyapu melawan Pushyamitras dan Hun, strain perang
konstan habis sumber daya alam tersebut. Mata uang yang dihancurkan dan
kurangnya berbagai koin selama Skandagupta bersaksi mengalir keuangan bendahara
kerajaan dari Guptas. Kematian Skandagupta dan pemerintahan singkat Puru Gupta
mempercepat kecepatan penurunan. Para penguasa terakhir tidak bisa menahan
administrasi Kekaisaran Gupta luas.
Buddha Gupta
penguasa besar terakhir yang mencoba untuk menghentikan proses penurunan untuk
kadang-kadang, tapi terus di atas bagian barat dari Kekaisaran Gupta sangat
lemah. Para feudatories dari Kathiawar dan Bundelkhand wilayah berasumsi status
semi-independen selama pemerintahannya. Para Maitrakas dari Valabhi menjadi
penguasa keturunan dan membentangkan bendera kemerdekaan mereka. Gubernur
provinsi lain dari Bundelkhand, Uchchakalpa dll juga menyatakan kemerdekaan
mereka, menentang kekuasaan Buddha Gupta. Di Jaipur, di Uttar Pradesh dan di
lembah Narmada, para gubernur lokal menjadi berdaulat de-facto. Brahmadatta,
gubernur Pundravardhana di North Bengal telah diasumsikan judul tinggi
terdengar dari `Uparika Maharaja` dan dengan demikian menyatakan kemerdekaannya.
Semua faktor ini menyebabkan penurunan otoritas Gupta di provinsi-provinsi
terpencil selama pemerintahan Buddhagupta. Invasi Vakataka di Malwa mengurangi
kewenangan Buddhagupta di wilayah itu juga. Akibatnya, kekuatan disintegrasi
ditetapkan dalam Kekaisaran Gupta dan itu ditambah setelah kematian
Buddhagupta.
Perselisihan
dalam keluarga kekaisaran yang seharusnya menjadi penyebab utama untuk
penurunan Kekaisaran Gupta. Setelah kematian Kumaragupta saya mungkin ada
perjuangan untuk suksesi di antara penerus. Namun Skandagupta tidak naik
takhta. Namun perseteruan keluarga diprakarsai oleh para penerus Kumaragupta
terus berlanjut bahkan pada generasi berikut, yang melemahkan integritas
keluarga Dinasti Gupta. Karena Guptas terakhir sibuk dalam perang sipil atas
aksesi ke tahta, mereka tidak bisa membayar perhatian terhadap pemeliharaan
administratif Kekaisaran luas. Dengan demikian perjuangan untuk tahta dalam
keluarga substansial melemahkan otoritas pusat di provinsi dan feudatories.
Jadi dendam keluarga terus menjadi alasan utama untuk kejatuhan Guptas.
Para Vakatakas
di Deccan adalah tetangga-tetangga yang kuat dari Guptas. Sejak Samudragupta
diproyeksikan kampanye di timur Deccan, yang Vakatakas di barat Deccan
dibiarkan tanpa cedera. Chandragupta II telah menjalin hubungan perkawinan
dengan mereka, dengan menerima Rudrasena II, raja Vakataka, sebagai suami dari
putrinya, Prabhabati Gupta. Namun penerus dari Chandragupta II tidak memelihara
hubungan damai dengan Vakatakas. Selama pemerintahan Buddha Gupta, yang
Vakataka Narendrasena raja telah menginvasi Malwa, Kosala dan Mekala. Invasi
jauh telah melemahkan otoritas Gupta atas daerah pusat India dan Bundelkhand.
Kemudian digulingkan Vakatakas supremasi Gupta dari daerah Malwa dan Gujarat.
Penyebab
jatuhnya Guptas pada dasarnya tidak berbeda dari orang-orang yang membawa akhir
dinasti kuno dan abad pertengahan banyak. Atas dan di atas menyebabkan
inefisiensi administrasi biasa, penerus lemah dan stagnan jatuhnya Guptas:
perselisihan dinasti, inassions asing dan beberapa pemberontakan internal.
Ada bukti yang menunjukkan bahwa setelah kematian
Kumaragupta dan Skandagupta, ada perang sipil dan perjuangan untuk tahta.
Misalnya, wehave penerus Buddhagupta, menyoroti aturan lebih dari hanya satu
raja. Mereka adalah Vinayagupta di Bengal dan Bhanugupta di Iran.
Tidak adanya
hukum hak anak sulung bersama dengan otoritas terpusat yang kuat di masa kuno
dan abad pertengahan menyebabkan kekacauan. Jadi kita melihat bahwa sumber daya
kerajaan itu frittered jauh di pertengkaran kecil dan perang untuk tahta.Selain
kondisi melemahnya monarki Gupta, kepribadian sangat Raja Gupta kemudian
berkontribusi terhadap jatuhnya akhir dari dinasti ini. Mereka tidak hanya
laki-laki karakter yang lemah, tetapi juga beberapa dari mereka mengikuti
pacifies yang mempengaruhi bidang lainnya administrasi, terutama yang dari
efisiensi militer.
DAFTAR
RUJUKAN
Dalal,
Anita.2011. selidik nasional gegrafik
arkeologi menguak rahasia masa lampau India kuno. Jakarta: gramedia.
Mulia,
T. S. G. 1959. India Sejarah dan
Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka
Sari,
A. 1994. Sejarah Kebudayaan India Kuno.
Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
IKIP Malang, Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas
Soepratignyo.
1994. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan
Abad X-XX Masehi. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IKIP Malang, Proyek Operasi dan Perawatan
Fasilitas
Su’ud,
Abu. 1998. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa
di Asia Selatan (Sejak Masa Purba Sampai Kedatangan Islam). Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Pendidikan.
Su’ud,
Abu. 2006. Masa Purba dan Integrasi di
Bawah Budha-Hindu. Semarang: UNNES Press
Thohir, Ajid, dan Adding Kusdian. 2006. Islam di Asia Selatan. Bandung:
Humanoria
Wirjosuparto, S. 1957. Sejarah Kebudayaan India. Jakarta:
Indira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar