Rabu, 03 April 2013

KONFLIK KERAJAAN GUPTA YANG MEMBAWA GUPTA KE TITIK KEHANCURAN



A. Pendahuluan
India merupakan salah satu Negara yang terletak di kawasan Asia Selatan yang kaya akan khazanah budaya dan keanekaragaman penduduk. Di kawasa  India ini banyak sekali suku yang hidup di India. Pada umumnya setiap suku ini mempunyai keberagaman dan keaneka ragaman agama, adat istiadat, dan budaya.Semua itu merupakan khazanah budaya yang merupakan cirri dari suatu daerah.
Jika kita membahas tentang sejarah India, mungkin bisa kita katakana dengan kita membahas tentang sejarah Asia Selatan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh banyak hal yang mungkin tidak ada di daerah lain. bisa dikatakan mempunyai ciri yang membedakan antara daerah ini dengan daerah yang lain.daerah India merupakan daerah bersumber dan berkembangnya agama-agama besar di dunia. Agama-agama yang besar banyak yang lahir dari daerah tersebut.Agama besar tersebut diantaranya adalah agama Hindu dan Budha.India merupakan suatu daerah yang sangat luas dengan luas wilayah nomor tujuh terbesar di dunia dan mempunyai jumlah penduduk yang mendapat peringkat nomor dua di dunia.
Diantara bangsa yang menguasai India yang paling besar adalah bangsa Arya dan bangsa Dravida.Kedua bangsa inilah yang paling dominan menguasai India.Kedua bangsa ini awalnya mempunyai kekuasaan yang berbeda di India.Bansa Aria semula menguasai India bagian utara. Sedangkan bangsa Dravida awalnya merupakan pelarian dari daerah Indus berada di Dekhan (India Selatan). Batas yang memisahkan kedua daerah tersebut adalah Sungai Narbada, pegunungan Vindhya, sungai Mahanadi, bahkan antara Dekhan dan daerah Sind terdapat padang pasir Tahl dan Thar.

Campuran dari kedua bangsa yakni bangsa Arya dan Dravida menurunkan beberapa suku bangsa lain yang juga sampai sekarang masih mengisi India. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwasanya penduduk asli India bukan hanya bangsa Arya ataupun Dravida saja. Akan tetapi, banyak bangsa lain yang menetap di India. Sehingga jika kita lihat dan kita cermati, yang ada di India bukan hanya bangsa Arya dan Dravida saja, akan tetapi ada juga bangsa lain yang sampai sekarang keberadaannya masih ada sampai sekarang.
Pusat peradaban Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Arya yang termasuk bangsa Indo-Jerman. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Hirnalaya. Bangsa Arya adalah bangsa peternak dengan kehidupan yang terus mengembara. Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap.Selanjutnya, mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya. Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu.
Bangsa Aria berusaha untuk tidak bercampur dengan bangsa Dravida yang merupakan penduduk asli India. Mereka menyebut bangsa Dravida adalah anasah artinya tidak berhidung atau berhidung pesek dan dasa artinya raksasa. Untuk memelihara kemurnian keturunannya, diadakan sistem pelapisan (kasta) yang dikatakannyabersumber pada ajaran agama. Bangsa Aria berhasil mengambil alih kekuasaan politik, sosial dan ekonomi. Akan tetapi, dalam kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi) antara Aria dan Dravida.
Percampuran budaya itu melahirkan kebudayaan Weda. Kebudayaan inilah yang melahirkan agama dan kebudayaan Hindu atau Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang kemudian disebut

Aryawarta (negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah milik orang Hindu). Untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah kehidupan masyarakat, bangsa Arya berusaha menjaga kemurnian ras. Artinya, mereka melarang perkawinan campur dengan bangsa Dravida. Untuk itulah, bangsa Arya menciptakan sistem kasta dalam kemasyarakatan. Sistem kasta didasarkan pada kedudukan, hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat.
Pembagian golongan atau tingkatan dalam masyarakat Hindu terdiri dari empat kasta atau caturwarna, yakni : Brahmana (pendeta), bertugas dalam kehidupan keagamaan; Ksatria (raja, bangsawan dan prajurit), berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk mempertahankan negara, Waisya (pedagang, petani, dan peternak), dan Sudra (pekerja-pekerja kasar dan budak). Kasta Brahmana, Kastria, Waisya terdiri dari orang-orang Aria. Kasta Sudraterdiri dari orang-orang Dravida. Selain keempat kasta di atas, ada lagi kastaParia/Candala atau Panchama. Panchama yang berarti “kaum terbuang”. Kasta ini dipandang hina, karena melakukan pekerjaan kotor, orang jahat dan tidak boleh disentuh, lebih-lebih bagi kaum Brahmana.
Hindu dibawa oleh pendatang bangsa Arya (Bharata) abad XV SM. dengan kitab suci Weda, kemudian Brahmana, Uphanisad, kemudian Bharatayuda, Ramayana.Budha oleh Sidharta Gautamaabad VI SM. dengan kitab suci Tripitaka, tidak mengenal kasta (caturwarna) seperti Hindhu.Agama Hindhu mempunyai beberapa tingkatan kasta yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, dan tidak berkasta yaitu Paria.Hal ini didasarkan atas anggapan keturunan, kelahiran, atau warna kulit.Selain terdapat dua agama besar tersebut juga terdapat kelompok aliran Jina, Sikh dan berbagai aliran atau sekte Hindu atau Budha lainnya (Soepratignyo:1994/1995:21).
Hubungan dari kedua agama besar yakni agama Hindu dan Budha berdasarkan atas kitab-kitab Weda, Uphanisad, diajarkan oleh pendeta dari kalangan Brahmana.Akan tetapi pada perkembangannya di kemudian hari mendapat pengaruh dari anasir-anasir yang berbahasa Dravida dan yang berbahasa Naisadha, yang kemudian lazim disebut agama Hindu.Karena agama baru ini member hak-hak istimewa pada para Brahmana, yakni orang yang mempunyai kasta tertinggi. Sehingga menjadikan dari golongan lain merasa tidak puas dengan ajaran dari pendeta Brahmana, maka kemudaian timbullah ajaran baru yang disebut dengan ajaran Budha Gautama. Pada ajaran baru ini tidak mengenal sistem kasta.Kemudian ada pula ajaran agama yang disebut dengan ajaran agama Jaina.
Agama Hindu sudah menggantikan Brahmanismus dai di India orang sudah mengenal ribuan dewa dan dewi (bahkan sekalian jin, hantu, yakhsa, yakhsini, kim urusha, naga dan lain-lain turut dijumlahkan, maka Rawlinson mengira-ngirakan semua ada 30 juta baiknya)(Sari, A. 1994: 91).
Agama Budha sendiri tidak mempunyai kasta dalam masyarakat. Mereka menganggap manusia itu sama derajatnya. Tidak membedakan antara yang kaya dengan yangn miskin. Di Agama Hindhu mengenal kasta dengan membandingkan derajat seseorang.Bahkan adayang menyebutkan bahwasanya jika kita berbeda kasta maka kita tidak boleh bersatu. Contohnya kasta Ksatria tidak boleh menikah dengan Kasta Sudra. Karena didesak oleh kedua agama baru terdebut, maka agama Hindhu mulai agak berkurang pengaruhnya pada abad 6 SM. karena hal tersebut, maka pendeta Brahmana tidak tinggal diam saja.Akan tetapi, berusaha mengembalikan ajaran yang didasarkan pada kitab Weda. Karena ajarannya susah dimengerti, maka orang-orang yang beragama Hindhu memasukkan dewa-dewa asli India untuk menarik kembali agar masyarakat India kembali memeluk agama Hindhu.
Namun, hal ini tidak menjadikan salah satu dari agama tersebut berkurang pengikutnya.Kedua agama tersebut tetap menjadi agama yang dianut oleh banyak masyarakat.Bahkan eksistensinya masih bisa kita lihat sampai sekrang.Yakni perkembangan Agama Budha dan Hindu tidak hanya berkembang di India saja.Akan tetapi berkembang di seluruh dunia.Agama-agama tersebut sampai sekarang pengikutnya semakin banyak.Bahkan adaya pengkastaan tidak menjadi penghalang bagi agama tersebut untuk berkembang menjadi semakin besar.Hal tersebut bisa kita lihat di daerah Bali.Meskipun agama Budha mengenal system kasta dalam masyarakat tetapi pemeluk agama Hindu di Bali sangatlah banyak.
B. PEMBAHASAN
1.   KERAJAAN GUPTA
Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna.Sungai itu bermata air di Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi, Agra, Allahabad, Patna, Benares, melalui wilayah Bangladesh dan beruaram di teluk Benggala.Sungai Gangga bertemu dengan sungai Kwen Lun.Dengan keadaan alam seperti ini tidak heran bila Lembah Sungai Gangga sangat subur.
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk bangsa Indo German.Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur.Bangsa Aria memasuki wilayah India antara tahun 2000-1500 SM, melalui celah Kaiber di pegunungan Himalaya.Mereka adalah bangsa peternak dengan kehidupannya terus mengembara.Tetapi setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravisa di Lembah Sungai Shindu dan menguasai daerah yang subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan hidup menetap.Selanjutnya mereka menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
Pada dasarnya peradaban dan kehidupan bangsa Hindu telah tercantum dalam kitab suci Weda (Weda berarti pengetahuan), juga dalam kitab Brahmana dari Upanisad.Ketiga kitab itu menjadi dasar kehidupan orang-orang Hindu. Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi).Pemikiran-pemikiran para pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
·    Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
·    Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.
·    Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.
·    Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.
Pada umumnya sejarah politik di India dimulai dengan dibicarakannya keadaan Kerajaan Magadha yang banyak orang dikatakan sebagai kerajaan tertua di India. Hal itu didasarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh orang-orang ditemukan bahwasanya kerajaan ini berdiri pada abad ke 6. Namun, ahir-ahir ini banyak para sejarawan India yang mencoba mencari kebenaran tentang fakta yang ditemukan sebelumnya. Yang ditemukan adalah sejarah politik dapat dimulai dari sejarah raja Parikist yang naik tahta menjadi seorang raja setelah terjadinya perang antara keluarga Pandawa dan Kurawa. Mereka berpendapat bahwa apa yang diceritakan dalam kitab tersebut bukan hanya cerita belaka. Akan tetapi merupakan cerita sejarah yang kebenarannya dapat dibuktikan.
Kemaharajaan Gupta dikuasai oleh anggota dinasti Gupta dari tahun 320 hingga 550 Masehi dan wilayah kekuasaannya terdiri dari hampir seluruh India utara. Era Kemaharajaan Gupta dianggap sebagai Masa Keemasan India dalam ilmu pengetahuan, matematika, astronomi, agama dan filsafat. Kedamaian yang ada selama kekuasaan kemaharajaan Gupta membuat pengejaran ilmu pengetahuan dan artistik. Sejarawan menaruh dinasti Gupta bersama dengan Dinasti Han, Dinasti Tang dan Kekaisaran Romawi sebagai model peradaban klasik.
Chandraghupta adalah pendiri dinasti guptha.Konon dia adalah seorang petualang dari kalangan masyarakat golongan rendah namun berhasil mengawini seorang putri raja bernama Kumala Devi berasal dari suku Lacchavi yang termashyur di vaisali yang pernah berkuasa di India utara namun tenggelam oleh munculnya dinasti maurya. Chandragupta menetapkan pataliputra sebagai ibu kota, tempat pusat pemerintahan. Tanggal 26 februari 320 M kemudian di tetapkan sebagai awal masa pemerintahannya sebagai raja yang di tandai dengan di keluarkannya mata uang baru.Tahun itu pula yang kemudian di anggap sebagai awal tarikh gupta.Chandragupta meninggal pada tahun 330M dan di gantikan oleh putranya Samudragupta.
Beberapa waktu sejak runtuhnya kerajaan Kushana ,India Utara bagaikan lenyap dari muka bumi. Hinga awal abad ke IV wilayah India Utara terjadi kekacauan karena tidak ada yang mengontrol, kekacauan terjadi dimana-mana. Kerajaan Gupta didirikan oleh Chandragupta yang asal usulnya tidak diketahui dengan jelas. Konon ia adalah petualang dari kalangan masyarakat rendah, namun berhasil mengawini seorang petri raja yang bernama Kumala Devi yang berasal dari suku Licchavi yang termashur di Vaisali (Abu Su’ud, 1988 : 199).
Kekuasaan raja-raja kanva disebabkan serangan dari luar, terutama dari arah barat, diantaranya adalah srangan bangsa Caka, dan pertikaian antara agama Budha dan Hindu. Pada masa ini, awalnya tidak ada yang berani menggambarkan Budha, awlnya mereka hanya berani menggambarkan budha dengan perumpamaan yakni diantaranya adalah pohon Bodhy, payung dan segala sesuatu yang dianggap dapat mengayomi.
Kekuasaan keluarga Raja-raja Gupta (320-455). Raja-raja dari kerajaan Gupta semuanya mempergunakan nama yang berakiran Gupta. Dibawah kekuasaan raja-raja Gupta tanah india mengalami jaman keemasan, baik dalam bidang politik dan kebudayaan. Terutama seni arca dan seni lukis di jaman Gupta itu sangat maju. Kekuasaan keluarga raja-raja Gupta itu juga merupakan jaman kejayaan agama Hindu karena dengan bantuan Raja-raja gupta yang beragama Hindu dan akhirnya dapat mendesak agama Budha (Sutjipto, 1957:65).
2. RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH
2.1 Samudragupta (335-376 M)
Untuk melanjutkan ambisi ayahnya, Samudragupta menitik beratkan rencana kegiatan kenegaraannya yang terkenal dengan divigjaya atau penaklukan atas 4 penjuru angin yang bukan hanya 4 kawasan di sekeliling kerajaan gupta namun juga berarti 4 golongan musuh yang harus di hadapi dan harus di taklukkan.
Pertama kali adalah raja-raja yang berhasil di bunuh pada ekspedisi penaklukan dan daerahnya di satukan dengan kerajaan gupta, kedua adalah raja yang di taklukkan tapi daerahnya di kembalikan denagn status yang baru dan raja harus membayar upeti, ketiga adalah raja yang ada di perbatasan dan melarikan diri harus membayar pajak perlindungan, dan yang ke empat adalah raja yang berada jauh namun mengakui kebesaran kerajaan gupta dengan jalan mengirim duta. Yang termasuk dalam kategori pertama adah raja-raja Hindustan yang berhasil di kalahkan oleh Samudragupta. Yang termasuk kategori ke2 adalah yang di sebut “raja –raja rimba” di wilayah selatan seperti Orissa yang terletak di antara sungai Mahnadi.Katagori ‘raja-raja perbatasan dan raja-raja jauh’ adalah raja-raja dari Kamaruppa, Samatata, serta berbagai suku bangsa Sakha, kushada, malwa, Gujarat dan Punjabi.Kekuasaan kerajaan gupta juga di rasakan sampai ke srilangka.
Karna keperkasaannya Samudragupta juga di beri gelar Sarvarajaccheta atau pembasmi semua raja. Beliau adalah raja seorang yang cerdas dan toleran meskipun ia seorang brahmana ortodoks. Beliau juga mendapat julukan ‘raja penyair’ atau ‘kaviraja’ karna ia seorang penyair juga pemusik. Masa raja samudragupta di anggap sebagai puncak dari kerajan gupta karena kekuasaanya telah mencakup seluruh India utara.
Kita beruntung mendapatkan informasi mengenai Samudra gupta yang menggantikan ayahnya. Karena dalam sebuah berita tentang penaklukan dalam bahasa Sanskreta menggantikan bahasa Pali, yang berisi tentang undang-undang tentang kasih sayang. Samudra Gupta menitik beratkan rencana kegiatan kenegaraannya yang terkenal dengan sebutan empat penjuru angin, yang merupakan ambisi dari seorang raja muda.
Yang dimaksud dengan Empat Penjuru Mata Angin, tidak sama dengan kawasan di sekeliling kerajaan Gupta, namun juga berarti empat ketegori musuh yang harus dihadapi, dan harus ditaklukkan. Pertama kali ialah raja-raja yang berhasil dibunuh dalam ekspedisi penaklukan, kemudian daerahnya disatukan dengan kerajaan Gupta. Yang kedua ialah raja-raja yang dikalahkan, namun daerahnya dikembalikan dan raja berstatus baru yaitu raja yang harus membayar upeti.
Kategori ketiga berlaku bagi raja-raja di daerah perbatasan dan melrikan diri, yang harus membayar pajak perlindungan. Dan yang keempat adalah raja-raja jauh yang mengakui kekuasaan raja Gupta dengan jalan mengirimkan duta. Mereka yang termasuk ke daam kategori pertama ialah raja-raja Hindustan ketika kekuasaan Kushana mulai mundur dan bangkit kembali, namun berhasil ditaklukkan kembali oleh Samudragupta. Dengan program kerja seperti itu, maka Samudragupta berhasil mempersatukan seluruh kawasan di India Utara sampai ke selatan di sungai Narbada, ke barat ke batas sungai Yamuna dan sungai Chambal.(Abu Su’ud.1988:112)
2.2 Chandragupta II vikramaditya (376-415M)
Ketika Samudragupta meninggal dunia, putranyalah yang menggantikannya tindakan pertamanya sebagai raja adalah memindahkan ibukota ke Ayodhya sebuah kota terpenting di kosala atau sekarang di sebut Oudh. Dari sanalah raja memulai penyerangan-penyerangannya mula-mula adalah satrap saka dari ujain (kota perdagangan ramai, tempat perjumpaan lalu lintas perdagangan dari pantai barat dan lain-lain menuju daerah Sind serta di dataran gangga.
Masa Chandragupta II merupakan masa yang paling makmur bagi dinasti Guptasehingga pantas juga bila Chandragupta mendapat julukan sebagai permata utama bagi kerajaan gupta.Menurut Fa Hien atau Fa Hsien (pengembara asal tiongkok) kerajaan gupta merupakan kerajaan makmur dan damai dan raja selalu berbicara dengan lemah lembut dan menggembirakan tentag keadilan dan kemuraha hati.Bahkan bagi mereka yang sudah terbukti melakukan komplot untuk memberontak terhadap Negara sekalipun, hanya di ancam hukuman potong tangan kanan.
Sementara itu di dalam masyarakat nampaknya masih terdapat perbedaan kelas miasalnya kaum paria tidak boleh hidup di dalam kota. Selanjutnya Fa Hien mengatakan bahwa etika budis maupun jaisme mulai meresap ke dalam sanubari masyarakat India. Sementara itu ajaran brahmanaisme perlahan mulai di gantikan denagn hinduisme dan ini merupakan cirri utama masa gupta.
Tindakan pertama yang dilakukan sebagai raja ialah memindahkan ibukota ke Ayodya, sebuah kota terpenting di daerah kosala atau Oudh sekarang. Barangkali pemindahan ibukota itu dimaksudkan untuk mendapatkan semangat Hinduisme kembali bagi pemerintahanya. Karena Ayodya sangat erat dengan legenda Ramayang bersifat Vaisnava. Dan Pataliputra pada masa Maurya menjadi pusat pemerintahan Budhistis (Abu Su’ud, 1988:202).
Menurut Fa Hien, kerajaan Gupta merupakan negara yang makmur dan damai. Di ibukota lama, Pataliputra, setiap bulan diselenggarakan arak-arakan kereta kuda. Pada waktu itu, patung-patung Budha juga diarak dan diiringi dengan musik serta diasapi dengan dupa kemenyan wangi serta bau semerbak bunga-bungaan. Dengan perayaan itu, penderita sakit dan kemalangan akan mendapat keringanan.
Diceritakan pula oleh Fa Hien, betapa raja selalu berbicara dengan lemah lembut dan menggembirakan, tentang keadilan serta keurahan hati. Sementara itu, penduduk dinilai memperoleh kebahagiaan. Kebiasaan rakyat juga sangat baik. Konon mereka tidak meminum minuman keras, juga tidak membunuh binatang untuk dimakan kcuali orang-orang Chandala dan Paria.(Abu Su’ud.2006:115-116)
Bukti fisik yang menunjukkan bahwa kemakmuran berjalan sejajar dengan keunggulan kesenian. Para arsitek membangun candi-candi yang indahdan para pematung, memahat wujud sang Budha dewa-dewa hindu, orang-orang suci dari agama India lain Jain Dharma. Para penulis mengubah drama-drama panggung hebatdalam bahasa Sanskreta yang masih dimainkan sampai sekarang. Kalidasa yang kemudian besardipekerjakan di Istana Chandragupta disebut Shakespeare India. (hal 50-51)
2.3 Keruntuhan Kerajaan Gupta
Masa-masa setelah kematian candragupta II merupakan lembaran suram bagi kerajaan gupta. Ketika Chandragupta meninggal pada 415 M tahta kerajaan gupta di duduki oleh anaknya yaitu Kamaragupta dia memerintah Negara hingga 455 M yang selanjutnya di gantikan oleh purtanya Skandagupta. Gupta yang terakhir ini berkesempatan mengabdikan diri bagi negrinya selama masa antara 455-467 M, yang selanjutnya di gantikan oleh paragupta yang betul-betul merupakan gupta terakhir.
Sekali lagi suku-suku dari bangsa asia tengah bergerak ke selatan mereka adalah suku bangsa Huna Putih atau Ephtalit untuk sementara waktu pasukan skandagupta berhasil menahan serangan itu, dan dia membangun sebuah candi untuk wisnu untuk mengenang peristiwa kemenangan itu. Namun Paragupta yang menggantikan Skandagupta tak mampu menandingi kekuatan musuh ketika pasukan Huna Putih sekali lagi menyerang maka perpecahan pun segera muncul di ambang pintu bekas kerajaan gupta yang jaya itu.
The last great king of the Gupta was Skanda Gupta was ascended the throne about 455 A.D. Even during the later years of Kumar Gupta's reign, the empire was attacked by a tribe called Pushyamitra but it was repulsed, And immediately after the accession of Skanda Gupta, Hunas made inroads, but they too were repelled.
However, fresh waves of Invaders arrived and shattered the fabric of the Gupta Empire. Although in the beginning the Gupta king Skanda Gupta tried effectively to stem the march of the Hunas into India, his successors proved to be weak and could not cope with the Huna invaders, who excelled in horsemanship and who possibly used stirrups made of metal, Although the Huna power was soon overthrown by Yasodharman of Malwa, the Malwa prince successfully challenged the authority of the Guptas and set up Pillars of victory commorating his conquest (AD 532) of almost the whole of northern India. Indeed Yasodharman's rule was short lived, but he dealt a severe blow to the Gupta empire artinya:
(Raja besar terakhir dari Gupta Skanda Gupta naik takhta sekitar 455 M. Bahkan selama tahun-tahun terakhir pemerintahan Kumar Gupta, kekaisaran diserang oleh suku yang disebut Pushyamitra tapi itu jijik, Dan segera setelah aksesi dari Skanda Gupta, Hunas membuat terobosan, tetapi mereka juga ditolak.
Namun, gelombang segar penyerbu datang dan menghancurkan kain Kekaisaran Gupta. Meskipun pada awalnya para raja Gupta Skanda Gupta mencoba secara efektif untuk membendung barisan dari Hunas ke India, penggantinya terbukti lemah dan tidak bisa mengatasi dengan penyerbu Huna, yang unggul dalam menunggang kuda dan yang mungkin digunakan sanggurdi terbuat dari logam, Meskipun kekuatan Huna segera digulingkan oleh Yasodharman dari Malwa, pangeran Malwa berhasil menantang otoritas Guptas dan mendirikan Pilar kemenangan commorating penaklukan (AD 532) dari hampir seluruh India utara. Memang aturan Yasodharman adalah pendek tinggal, tapi dia merupakan pukulan berat terhadap kekaisaran Gupta).
Setelah meninggalnya Candragupta II, kerajaan Gupta mulai mundur. Bahkan berbagai suku bangsa dari Asia Tengah melancarkan serangan terhadap kerjaan Gupta. Maka hampir dua abad, India mengalami masa kegelapan dan baru pada abad ke-7 M tampil seorang raja kuat yang bernama Harshawardana.Ibu kota Kerajaan Harsa adalah Kanay. Pujangga yang terkenal di masa kekuasaan Harshawardana bernama pujangga Bana dengan buku karangannya berjudul Harshacarita. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-11 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang berkuasa. India mengalami masa kegelapan.Bentuk Kebudayaan Lembah Sungai Gangga.
Kebudayaan Lembah Sungai Gangga merupakan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan kebudayaan bangsa Dravida. Kebudayaan ini lebih dikenal dengan kebudayaan Hindu. Daerah-daerah yang diduduki oleh bangsa Indo-Aryasering disebut dengan Arya Varta (Negeri Bangsa Arya) atau Hindustan (tanah milik bangsa Hindu). Bangsa Dravida mengungsi ke daerah selatan, kebudayaannya kemudian dikenal dengan nama kebudayaan Dravida.
Keruntuhan keluarga raja-raja Gupta. Keluarga raja-raja itu ialah yang terahir yang berkuasa di magadha. Sesudah Chandragupta II meninggal. Kamara Gupta naik tahta, India diserbu oleh bangsa Hina Putih. Kira-kira pada tahun 480 dibawah pemerintahan raja Skandagupta negeri Magadha menjadi terpecah belah. Raja Baladitya yang menguasai sebagian dari runtuhan kerajaan itu, pada tahun 528 memimpin segenap raja-raja India dan dapat mengalahkan Mihiragula. Keadaan negeri Magadha senakin menyedihkan karena tidak ada seorang pemimpin pun yang dapat mempersatukan India yang sudah pecah menjadi negeri-negeri kecil yang tak terhitug jumlahnya. Baru pada tahun kurang lebih 600 tanah India dipersatuka lagi, akan tetapi bukan magadha sebagai pusatnya, akan tetapi, di tepi sumgai gangga, lebih ke hulu letaknya dari pada Magadha dan Kanyakubnya sebagai pusatnya (Sucipto.1957:69).
Pemerintahan Skandagupta menandai awal dari penurunan Kekaisaran Gupta. Terlepas dari keberhasilan militer menyapu melawan Pushyamitras dan Hun, strain perang konstan habis sumber daya alam tersebut. Mata uang yang dihancurkan dan kurangnya berbagai koin selama Skandagupta bersaksi mengalir keuangan bendahara kerajaan dari Guptas. Kematian Skandagupta dan pemerintahan singkat Puru Gupta mempercepat kecepatan penurunan. Para penguasa terakhir tidak bisa menahan administrasi Kekaisaran Gupta luas. Buddha Gupta penguasa besar terakhir yang mencoba untuk menghentikan proses penurunan untuk kadang-kadang, tapi terus di atas bagian barat dari Kekaisaran Gupta sangat lemah.
Para feudatories dari Kathiawar dan Bundelkhand wilayah berasumsi status semi-independen selama pemerintahannya. Para Maitrakas dari Valabhi menjadi penguasa keturunan dan membentangkan bendera kemerdekaan mereka. Gubernur provinsi lain dari Bundelkhand, Uchchakalpa dll juga menyatakan kemerdekaan mereka, menentang kekuasaan Buddha Gupta. Di Jaipur, di Uttar Pradesh dan di lembah Narmada, para gubernur lokal menjadi berdaulat de-facto.
Brahmadatta, gubernur Pundravardhana di North Bengal telah diasumsikan judul tinggi terdengar dari `Uparika Maharaja` dan dengan demikian menyatakan kemerdekaannya. Semua faktor ini menyebabkan penurunan otoritas Gupta di provinsi-provinsi terpencil selama pemerintahan Buddhagupta. Invasi Vakataka di Malwa mengurangi kewenangan Buddhagupta di wilayah itu juga. Akibatnya, kekuatan disintegrasi ditetapkan dalam Kekaisaran Gupta dan itu ditambah setelah kematian Buddhagupta.
Pemerintahan Skandagupta menandai awal dari penurunan Kekaisaran Gupta. Terlepas dari keberhasilan militer menyapu melawan Pushyamitras dan Hun, strain perang konstan habis sumber daya alam tersebut. Mata uang yang dihancurkan dan kurangnya berbagai koin selama Skandagupta bersaksi mengalir keuangan bendahara kerajaan dari Guptas. Kematian Skandagupta dan pemerintahan singkat Puru Gupta mempercepat kecepatan penurunan. Para penguasa terakhir tidak bisa menahan administrasi Kekaisaran Gupta luas.
Buddha Gupta penguasa besar terakhir yang mencoba untuk menghentikan proses penurunan untuk kadang-kadang, tapi terus di atas bagian barat dari Kekaisaran Gupta sangat lemah. Para feudatories dari Kathiawar dan Bundelkhand wilayah berasumsi status semi-independen selama pemerintahannya. Para Maitrakas dari Valabhi menjadi penguasa keturunan dan membentangkan bendera kemerdekaan mereka. Gubernur provinsi lain dari Bundelkhand, Uchchakalpa dll juga menyatakan kemerdekaan mereka, menentang kekuasaan Buddha Gupta. Di Jaipur, di Uttar Pradesh dan di lembah Narmada, para gubernur lokal menjadi berdaulat de-facto. Brahmadatta, gubernur Pundravardhana di North Bengal telah diasumsikan judul tinggi terdengar dari `Uparika Maharaja` dan dengan demikian menyatakan kemerdekaannya. Semua faktor ini menyebabkan penurunan otoritas Gupta di provinsi-provinsi terpencil selama pemerintahan Buddhagupta. Invasi Vakataka di Malwa mengurangi kewenangan Buddhagupta di wilayah itu juga. Akibatnya, kekuatan disintegrasi ditetapkan dalam Kekaisaran Gupta dan itu ditambah setelah kematian Buddhagupta.
Perselisihan dalam keluarga kekaisaran yang seharusnya menjadi penyebab utama untuk penurunan Kekaisaran Gupta. Setelah kematian Kumaragupta saya mungkin ada perjuangan untuk suksesi di antara penerus. Namun Skandagupta tidak naik takhta. Namun perseteruan keluarga diprakarsai oleh para penerus Kumaragupta terus berlanjut bahkan pada generasi berikut, yang melemahkan integritas keluarga Dinasti Gupta. Karena Guptas terakhir sibuk dalam perang sipil atas aksesi ke tahta, mereka tidak bisa membayar perhatian terhadap pemeliharaan administratif Kekaisaran luas. Dengan demikian perjuangan untuk tahta dalam keluarga substansial melemahkan otoritas pusat di provinsi dan feudatories. Jadi dendam keluarga terus menjadi alasan utama untuk kejatuhan Guptas.
Para Vakatakas di Deccan adalah tetangga-tetangga yang kuat dari Guptas. Sejak Samudragupta diproyeksikan kampanye di timur Deccan, yang Vakatakas di barat Deccan dibiarkan tanpa cedera. Chandragupta II telah menjalin hubungan perkawinan dengan mereka, dengan menerima Rudrasena II, raja Vakataka, sebagai suami dari putrinya, Prabhabati Gupta. Namun penerus dari Chandragupta II tidak memelihara hubungan damai dengan Vakatakas. Selama pemerintahan Buddha Gupta, yang Vakataka Narendrasena raja telah menginvasi Malwa, Kosala dan Mekala. Invasi jauh telah melemahkan otoritas Gupta atas daerah pusat India dan Bundelkhand. Kemudian digulingkan Vakatakas supremasi Gupta dari daerah Malwa dan Gujarat.
Penyebab jatuhnya Guptas pada dasarnya tidak berbeda dari orang-orang yang membawa akhir dinasti kuno dan abad pertengahan banyak. Atas dan di atas menyebabkan inefisiensi administrasi biasa, penerus lemah dan stagnan jatuhnya Guptas: perselisihan dinasti, inassions asing dan beberapa pemberontakan internal. Ada bukti yang menunjukkan bahwa setelah kematian Kumaragupta dan Skandagupta, ada perang sipil dan perjuangan untuk tahta. Misalnya, wehave penerus Buddhagupta, menyoroti aturan lebih dari hanya satu raja. Mereka adalah Vinayagupta di Bengal dan Bhanugupta di Iran.
Tidak adanya hukum hak anak sulung bersama dengan otoritas terpusat yang kuat di masa kuno dan abad pertengahan menyebabkan kekacauan. Jadi kita melihat bahwa sumber daya kerajaan itu frittered jauh di pertengkaran kecil dan perang untuk tahta.Selain kondisi melemahnya monarki Gupta, kepribadian sangat Raja Gupta kemudian berkontribusi terhadap jatuhnya akhir dari dinasti ini. Mereka tidak hanya laki-laki karakter yang lemah, tetapi juga beberapa dari mereka mengikuti pacifies yang mempengaruhi bidang lainnya administrasi, terutama yang dari efisiensi militer.
  DAFTAR RUJUKAN 
Dalal, Anita.2011. selidik nasional gegrafik arkeologi menguak rahasia masa lampau India kuno. Jakarta: gramedia.
Mulia, T. S. G. 1959. India Sejarah dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka
Sari, A. 1994. Sejarah Kebudayaan India Kuno. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,  IKIP Malang, Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas
Soepratignyo. 1994. Sejarah Negara-Negara Asia Selatan Abad X-XX Masehi. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,  IKIP Malang, Proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas
Su’ud, Abu. 1998. Memahami Sejarah Bangsa-Bangsa di Asia Selatan (Sejak Masa Purba Sampai Kedatangan Islam). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.
Su’ud, Abu. 2006. Masa Purba dan Integrasi di Bawah Budha-Hindu. Semarang: UNNES Press
Thohir, Ajid, dan Adding Kusdian. 2006. Islam di Asia Selatan. Bandung: Humanoria
Wirjosuparto, S. 1957. Sejarah Kebudayaan India. Jakarta: Indira.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar